Apa Benar Emas Itu Bagian Nikmat Dari Allah.
Kajian Kritis Tentang Emas
Resti Talia Ramadhan
10/7/20244 min read


Dalam diskursus keagamaan Islam, larangan bagi laki-laki untuk memakai emas seringkali menjadi pokok perbincangan yang cukup hangat. Banyak umat Muslim yang meyakini bahwa emas haram bagi laki-laki, terutama karena didasarkan pada beberapa hadis yang tersebar luas di kalangan masyarakat. Namun, jika kita melakukan kajian lebih mendalam terhadap kitab-kitab suci, baik Taurat, Zabur, Injil, maupun Al-Qur'an, tidak ada larangan eksplisit yang menyatakan bahwa emas diharamkan bagi laki-laki. Bahkan, beberapa nabi besar, seperti Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, justru dikenal mengenakan dan memanfaatkan emas dalam kehidupan mereka.
Pertanyaannya kemudian adalah: Jika emas memiliki manfaat besar secara material dan spiritual, mengapa ada pelarangan bagi laki-laki Muslim untuk memakainya? Apakah larangan ini benar-benar berasal dari ajaran Tuhan, atau apakah ini merupakan upaya untuk melemahkan potensi kekuatan umat Muslim, terutama dalam konteks ekonomi dan kekuasaan? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengkaji sumber-sumber kitab suci serta dampak emas dalam berbagai aspek kehidupan.
1. Emas dalam Kitab Suci: Simbol Kekuasaan dan Kemuliaan
Dalam Taurat (Kitab Musa), Zabur (Kitab Daud), dan Injil (Kitab Isa), emas tidak hanya dianggap sebagai barang yang berharga, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan, kemakmuran, dan kemuliaan. Tidak ada larangan bagi laki-laki untuk memanfaatkan emas. Bahkan, emas seringkali dihubungkan dengan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada para nabi dan raja sebagai simbol kedudukan dan kekuatan.
Contoh paling menonjol adalah Nabi Sulaiman (dikenal juga sebagai Raja Solomon dalam Injil dan Taurat). Nabi Sulaiman adalah salah satu raja paling kaya dan bijaksana yang pernah ada. Kekayaannya termasuk emas dalam jumlah yang sangat besar, dan istananya dihiasi dengan emas. Dalam Alkitab, Nabi Sulaiman digambarkan memiliki takhta yang terbuat dari emas, simbol kekuasaan dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah.
Nabi Daud, ayah dari Nabi Sulaiman, juga memiliki hubungan yang erat dengan emas. Sebagai raja besar yang dikaruniai kekuasaan oleh Allah, Daud menggunakan emas untuk mempercantik tempat-tempat ibadah dan memperkuat kerajaannya. Dalam Zabur, atau yang dikenal sebagai Kitab Mazmur, Daud digambarkan sebagai pemimpin yang menggunakan kekayaan emas untuk mengokohkan kerajaannya dan memuliakan Allah.
Dari kisah-kisah ini, kita melihat bahwa emas dalam kitab-kitab suci tidak hanya diizinkan, tetapi juga digunakan sebagai simbol keagungan dan kekuasaan yang diberikan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Tidak ada bukti bahwa emas diharamkan bagi laki-laki dalam kitab-kitab tersebut.
2. Al-Qur'an: Tidak Ada Larangan Emas untuk Laki-Laki
Dalam Al-Qur'an, tidak ada satu ayat pun yang melarang laki-laki Muslim untuk mengenakan atau menggunakan emas. Sebaliknya, emas disebutkan dalam beberapa ayat sebagai bagian dari kenikmatan dan kekayaan yang diberikan Allah kepada manusia.
Dalam Surah Al-Kahfi [18:31], Allah berfirman mengenai kenikmatan surga yang diberikan kepada orang-orang beriman, termasuk perhiasan emas. Ayat tersebut menggambarkan emas sebagai salah satu simbol kemuliaan di surga, bukan sesuatu yang diharamkan. Jika emas adalah sesuatu yang diharamkan bagi laki-laki, tentu Al-Qur'an tidak akan menggambarkannya sebagai bagian dari kenikmatan abadi yang diberikan Allah di akhirat.
Selain itu, Al-Qur'an mengajarkan pentingnya kebijaksanaan dalam menggunakan harta, termasuk emas, tetapi tidak pernah secara tegas melarang emas bagi kaum laki-laki. Ini menunjukkan bahwa pandangan yang mengatakan bahwa emas haram bagi laki-laki lebih banyak bersandar pada interpretasi hadis daripada pada perintah langsung dari Allah melalui Al-Qur'an.
3. Hadis tentang Larangan Emas: Sejarah dan Kecurigaan
Sebagian besar larangan terhadap emas bagi laki-laki Muslim berasal dari beberapa hadis yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melarang emas dan sutra bagi laki-laki. Namun, hadis-hadis ini menjadi subjek perdebatan di kalangan ulama. Beberapa ulama menerimanya sebagai sahih, sementara yang lain mempertanyakan keabsahannya. Terlebih lagi, hadis-hadis ini tidak memiliki dukungan kuat dari Al-Qur'an atau kitab-kitab sebelumnya.
Salah satu alasan yang dikemukakan terkait larangan ini adalah adanya kekhawatiran bahwa penggunaan emas dapat menimbulkan sifat kesombongan atau berlebihan dalam penampilan. Namun, perlu dipertanyakan apakah larangan ini bersifat universal atau hanya berlaku pada konteks sosial saat itu. Dalam konteks modern, emas tidak selalu dilihat sebagai simbol kesombongan, melainkan lebih kepada simbol kemakmuran dan stabilitas ekonomi.
4. Teori Konspirasi: Upaya Menjauhkan Kekuatan Emas dari Umat Muslim
Beberapa teori menyebutkan bahwa larangan emas bagi laki-laki Muslim bisa jadi merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk melemahkan potensi ekonomi dan kekuatan material umat Islam. Emas, sebagai simbol kekuatan dan kekayaan, memiliki nilai besar dalam menjaga stabilitas dan kekuasaan. Jika laki-laki Muslim, terutama para pemimpinnya, dijauhkan dari kekuatan emas, maka potensi mereka untuk mengembangkan kekayaan dan kekuatan material bisa terhalang.
Dalam hukum tarik-menarik energi, emas diyakini memiliki daya tarik yang kuat terhadap kekayaan dan kekuasaan. Ini bukan hanya kepercayaan dalam ilmu spiritual, tetapi juga diakui dalam beberapa kajian medis modern yang menunjukkan bahwa emas memiliki manfaat kesehatan, termasuk dalam peningkatan aliran energi tubuh dan stabilitas mental.
Ada pandangan bahwa kelompok tertentu yang ingin melihat Islam tetap terbelakang secara ekonomi dan politik, mungkin memiliki andil dalam menyebarkan larangan emas bagi laki-laki Muslim. Dengan demikian, potensi besar yang ada dalam penggunaan emas sebagai sumber kekayaan dan stabilitas material terhalang bagi mereka yang mengindahkan larangan tersebut. Sebagai contoh, banyak kerajaan dan kekaisaran besar sepanjang sejarah telah memanfaatkan emas untuk menjaga kekuatan politik dan ekonomi mereka.
5. Manfaat Medis dan Energi Emas
Selain sebagai simbol kekayaan dan kekuasaan, emas juga memiliki manfaat yang terbukti secara medis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa emas dapat digunakan dalam perawatan medis, seperti terapi rheumatoid arthritis atau penggunaan dalam perangkat medis karena sifat anti-peradangannya. Lebih jauh, dalam terapi energi, emas dikenal memiliki sifat yang dapat meningkatkan aliran energi positif dalam tubuh, yang berkontribusi terhadap kesejahteraan mental dan fisik.
Jika kita mengaitkan hal ini dengan hukum tarik-menarik dalam kehidupan, emas dapat menarik kekayaan, stabilitas, dan kekuatan finansial. Dengan menjauhkan emas dari laki-laki Muslim, khususnya para pemimpin, umat Islam dapat kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan potensi kekayaan yang diberikan oleh Allah melalui emas.
Kesimpulan
Dari kajian ini, jelas bahwa larangan emas bagi laki-laki tidak memiliki dasar yang kuat dalam kitab-kitab suci. Emas, yang digunakan oleh Nabi Sulaiman dan Nabi Daud, merupakan simbol kekuasaan dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah. Tidak ada larangan eksplisit dalam Al-Qur'an atau kitab-kitab sebelumnya terkait penggunaan emas bagi laki-laki.
Lebih jauh lagi, hadis yang menyebutkan larangan emas bagi laki-laki bisa dipertanyakan dalam konteks sejarah dan sosialnya. Ada kemungkinan bahwa larangan ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menjauhkan kekuatan material dan ekonomi dari umat Islam. Dengan memanfaatkan emas secara bijak, laki-laki Muslim dapat mengembangkan potensi kekayaan dan kekuatan mereka, sebagaimana yang dicontohkan oleh para nabi terdahulu.